Rabu, 30 Juli 2014

10 Benih dan faktor pendukung



Kekuatan diri sendiri sebagai benih dan kekuatan luar sebagai faktor pendukung

Saat menjelang ajal, melafal Amituofo bertekad lahir ke Alam Sukhavati, haruslah memenuhi syarat kekuatan sendiri dan kekuatan luar. Kekuatan sendiri merupakan benih untuk terlahir ke Alam Sukhavati, kekuatan luar sebagai faktor pendukung untuk terlahir ke Alam Sukhavati. Dengan berpadunya benih dan faktor pendukung maka berhasil terlahir ke Alam Sukhavati.

Mengenai kekuatan sendiri, dalam keseharian harus yakin adanya Alam Sukhavati, yakin pada Buddha Amitabha, membulatkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati, bertekad bertemu Buddha Amitabha. Lalu membangkitkan ketulusan melafal Amituofo, bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, belajar pada Buddha Amitabha. Setiap lafalan dibangkitkan dari hati, kemudian dikeluarkan lewat mulut, kemudian masuk kembali melalui telinga, setiap lafalan saling sambung menyambung, tak terputus.

Setiap lafalan Amituofo mengandung tekad terlahir ke Alam Sukhavati, semoga Buddha bermaitri karuna memberkati dan menuntun, semoga Buddha mengulurkan tanganNya menjemput, Tathagata Amitabha mengasihi semua makhluk, serupa seorang ibunda yang terus menerus memikirkan putranya, para makhluk membangkitkan keyakinan dan tekad mengingat dan melafal Amituofo, bagaikan seorang anak yang memikirkan ibundanya, karena anak dan sang ibunda saling memikirkan, sehingga keduanya saling terjalin, dan memperoleh penjemputan, terlahir ke Alam Sukhavati.

Tak peduli dalam kondisi suka maupun duka, dalam segala ruang dan waktu, fokuskan pikiran melafal Amituofo. Mengendalikan enam landasan indria, dengan pikiran suci melafal Amituofo berkesinambungan. Lama kelamaan ketrampilan melafal Amituofo telah menjadi kebiasaan, saat menjelang ajal, barulah dapat melepaskan segala kemelekatan, teringat melafal Amituofo. Saat menjelang ajal bila tidak kehilangan pikiran benar, pasti memperoleh penjemputan dari Buddha Amitabha, dalam waktu sekejab bagaikan sekilas petikan jari, terlahir ke Alam Sukhavati.

Kala pasien menghadapi saat ajal, orang-orang disampingnya membantu melafal Amituofo, manfaat pertama adalah dapat membantu mengingatkan pasien untuk senantiasa melafal Amituofo. Yang kedua, dapat membantu pasien agar bertobat atas karma buruk yang diperbuatnya. Apabila rintangan karma telah tereliminasi, maka muncullah pemandangan Alam Sukhavati.

Saat menjelang ajal, apabila dapat seperti keseharian membangkitkan keyakinan dan tekad menyeluruh, bersedia melafal Amituofo, sebersit niat pikiran terakhir adalah melafal Amituofo, inilah yang disebut sebagai “kekuatan sendiri sebagai benih”.

Praktisi dalam kesehariannya membangkitkan keyakinan dan tekad melafal Amituofo, atau meskipun membangkitkan keyakinan dan tekad melafal Amituofo, namun praktisi tersebut belum memiliki ketrampilan melatih diri, saat menjelang ajal, bertemu dengan sahabat Dharma yang memberi ceramah, dan hatinya merasa bersukacita, muncul keyakinan benar, membangkitkan tekad melafal Amituofo, memohon terlahir ke Alam Sukhavati, ini juga adalah “kekuatan sendiri sebagai benih”.

Tekad agung Buddha Amitabha, menyelamatkan semua makhluk, Alam Sukhavati, suci nan berwibawa, adalah “kekuatan luar yang merupakan faktor pendukung”.

Dengan adanya ceramah dari kalyanamitra, maka pasien jadi membangkitkan keyakinan benar, menasehatinya agar melepaskan semua kemelekatan, menfokuskan pikiran melafal Amituofo, bertekad lahir ke Alam Sukhavati. Para sahabat Dharma dan sanak keluarga membantu melafal Amituofo buat pasien, selama 10-12 jam, tidak memindahkan jasadnya, tidak menangis, ini juga adalah “kekuatan luar yang merupakan faktor pendukung”.

Andaikata saat menjelang ajal, kekuatan sendiri yang merupakan benih, kekuatan luar yang merupakan faktor pendukung, kedua syarat ini dapat terpenuhi, maka pasti akan memperoleh penjemputan dari Buddha Amitabha, terlahir ke Alam Sukhavati.

Dalam keseharian meskipun membangkitkan keyakinan dan tekad melafal Amituofo, tetapi saat menjelang ajal karena tekanan penyakit sehingga tidak sanggup melafal Amituofo, atau masih mendambakan dunia ini serta merindukan anak cucu dan harta benda, tidak sanggup melepaskan kemelekatan, maka ini disebut “tidak memenuhi syarat  kekuatan sendiri sebagai benih”.

Jika saat menjelang ajal, tidak ada kalyanamitra (sahabat Dharma) yang datang memberi ceramah, juga tidak ada orang yang datang membantu melafal Amituofo, juga sanak keluarga memindahkan jasadnya serta menangis pilu, sehingga pasien jadi kehilangan pikiran benar, dalam ketidakberdayaan akibat tidak sanggup bicara lagi, siksaan yang diterima semakin berat, ini yang disebut dengan “tidak memenuhi persyaratan kekuatan luar yang merupakan faktor pendukung”.

Andaikata saat menjelang ajal telah memenuhi syarat “kekuatan sendiri sebagai benih”, dan kekurangan syarat “kekuatan luar yang merupakan faktor pendukung”, atau ketrampilan melafal Amituofo sudah trampil sehingga tidak memerlukan bantuan orang lain lagi, tetapi karena tangisan memilukan dari sanak keluarga, akhirnya kehilangan pikiran benar, Inilah yang disebut memiliki benih tapi tidak punya faktor pendukung, sehingga gagal terlahir ke Alam Sukhavati.

Andaikata saat menjelang ajal, hanya mengandalkan ceramah dari sahabat Dharma, sanak keluarga membantu melafal Amituofo, tidak memindahkan jasadnya, tidak menangis dan rintangan lainnya, dan diri sendiri karena tekanan penyakit, atau masih mendambakan jalinan kasih duniawi dan harta benda, tak mampu melepaskan kemelekatan ini, sehingga tidak sanggup membangkitkan keyakinan dan tekad melafal Amituofo, Ini yang disebut dengan memiliki faktor pendukung namun tidak memiliki benih, sehingga tidak berhasil terlahir ke Alam Sukhavati.

Tekad agung Buddha Amitabha ibarat mentari rembulan, tiada yang tidak diteranginya, para makhluk melafal Amituofo ibarat kolam yang airnya diam tak bergerak, air kolam dapat memantulkan bayangan rembulan, hati yang tenang Buddha akan muncul, setelah melafal Amituofo hingga jadi terbiasa, terjalin dengan Buddha, memperoleh penjemputan dari kekuatan tekad Buddha, pasti terlahir ke Alam Sukhavati.



Petikan dari buku berjudul :
Masalah Terbesar Dalam Kehidupan Manusia
Diceramahkan oleh Upasaka Yu Ding-xi




  

   

自力的因與他力的緣

臨終念佛求生淨土,須具自力他力。自力為生西正因,他力為生西助緣。因緣和合,方能感應道交,成就往生大事。

就自力來說,平時要深信有西方極樂世界,深信有阿彌陀佛,切願生西方極樂世界,切願見阿彌陀佛。而至誠一心念佛,求生淨土,求見彌陀。字字句句,從心而發,從口而出,從耳而入,念念相續,無有間斷。音韻柔和哀雅,腔聲懇苦悲切。念念之間具足欣厭,句句佛號我願往生,願佛慈悲加被攝受,願佛哀憫垂手相迎。彌陀如來憐念眾生,如母憶子,眾生信願持名憶佛念佛,如子憶母,二憶念深,不相乖異,感應道交,即蒙攝受。無論順逆苦樂之境,當絕諸外緣,不隨境轉,一切時一切處,專勤稱名。都攝六根,淨念相繼。日久功夫純熟,臨命終時,才能放下世緣,提起念佛。臨終若能正念不失,必蒙佛接引,如彈指頃,即得往生極樂世界。

病人臨終時,旁人為其助念,一者,可助病人提起念佛之心。二者,可助病人懺悔罪障。若業障消除,華臺聖眾,淨土勝境,自然現前。

臨終時,能如平時之真信切願,有懇切念佛往生的心,這個最後念佛的一念心,就是「自力的因」。

平時不知信願念佛之人,或雖信願念佛,而功夫未能純熟之人,在臨終時,遇善友開導,而心生歡喜,心生正信,發願念佛,求生淨土的心,也是「自力的因」。

彌陀宏願,普度眾生,極樂世界,清淨莊嚴,便是「他力的緣」。

淨侶善巧開導,令生正信,勸其放下一切,一心念佛,求生淨土。蓮友及家屬為之助念佛號,以及十至十二小時,不移動、不哭泣等,也是「他力的緣」。

若臨終時,自力的因,與他力的緣,能具足不缺,則感應道交,必定蒙佛接引,前念命終,後念即往生西方極樂世界。凡符合以上因緣條件者,萬修萬人去。

平日雖信願念佛,但臨終時為病苦所逼,念佛的心「提不起」,或貪戀世間情欲以及子孫財物的心,又「放不下」,這就是「不具自力的因」。

若臨終時,沒有善友來開導,亦無人助念佛號,又遇無知家屬搬動哭泣,而破壞正念,無奈口不能言,痛苦加深。這就是「不具他力的緣」。

若臨終時,有自力的因,而缺他力緣,或功夫純熟有把握,不需要助念,但為家屬搬動哭泣,而破壞了正念。此皆是有因無緣,不能往生。

若臨終時,單靠淨侶開導,家屬助念,不搬動,不哭泣等緣,而自己為病苦所逼,或繫戀世間情愛財物的心放不下,所以提不起信願念佛的心。此為有緣無因,不能往生。

彌陀宏願,猶如明月,無所不照。眾生念佛,當如湛水,寂靜不動。水澄月現,心淨佛顯,念佛機熟,感通相應,承佛願力,悉皆往生。