Selasa, 05 Agustus 2014

Tanya Jawab Zhu Nian 108



Tanya Jawab Seputar Zhu Nian  108

Tanya :
Dalam periode Antarabhava, dengan cara-cara apa saja memupuk berkah untuk almarhum?

Jawab :
Di dalam Ksitigarbha Sutra ada tertera cara-cara untuk memupuk berkah. Dengan perhiasan yang dipakai atau yang disimpan almarhum, rumah, taman atau tanah, didanakan kepada Triratna akan menjauhkan almarhum dari terjatuh ke neraka, meskipun semasa hidup melakukan karma buruk yang berat, saat menjelang ajal, jika mendanakan seluruh harta bendanya kepada Triratna, berkah ini dapat melampaui dosa yang akan mengantarnya ke alam neraka. Sekarang banyak vihara palsu, meminjam nama Ajaran Buddha, untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Ajaran Buddha, jika berdana pada vihara serupa ini, bukan dapat mengeliminasi karma buruk, malah akan jatuh lebih dalam lagi, harus bisa membedakannya. (Petikan 14-12-27 )

“Atau boleh juga memuja rupang Buddha dan rupang para suciwan” , rupang suciwan adalah rupang Bodhisattva. Memuja rupang Buddha dan Bodhisattva mempunyai dua makna yakni yang pertama adalah balas budi, serupa dengan mendirikan papan sembahyang leluhur;  yang kedua adalah “melihat rupang insan bijaksana akan berpikir ke arah kebajikan”, mengingatkan kita agar meneladani Buddha dan Bodhisattva. Memuja Buddha dan Bodhisattva jangan hanya sebuah simbolisasi saja, namun yang penting adalah menerima dan mengamalkan ajaran, lebih maju selangkah lagi adalah menasehati insan lain agar juga melatih diri sesuai dengan ajaran, jasa kebajikan ini akan besar, barulah dapat mengeliminasi karma buruk. Putri Brahmana dan Putri Jyotinetra merupakan teladan yang baik, harus mengamatinya dengan seksama dan dipahami.

“Bahkan melafal nama Buddha, nama Bodhisattva dan nama Pratyeka Buddha”, nama Buddha dan Bodhisattva mengandung makna mendalam dan luas tak terbatas, jasa kebajikan namaNya tak terbayangkan. Buddha Sakyamuni melambangkan bajik dan maitri, suci, setiap saat memperlakukan semua makhluk dengan hati yang bajik dan maitri, dalam segala kondisi tidak kehilangan kesucian hati sendiri, ini barulah disebut melafal nama Buddha Sakyamuni.

Sedangkan Buddha Amitabha adalah pencerahan tak terhingga, pikiran tercerahkan tak tergoyahkan, melafal Amituofo adalah menfokuskan pikiran, melafal hingga saat tertentu maka memperoleh pikiran terfokus tak tergoyahkan, pikiran terfokus adalah pikiran tak tergoyahkan. Enam landasan indria saat mengadakan kontak dengan enam kondisi luar, takkan timbul niat dan pikiran takkan tergerak, tidak membeda-bedakan dan tidak melekat, barulah disebut melafal Amituofo.

Jika dapat melafal dengan cara sedemikian, saat menjelang ajal sekali melewati telinga, selamanya menjadi benih vajra, jasa kebajikan sungguh besar.

Melafal nama Bodhisattva Avalokitesvara, haruslah melafal keluar hati maitri karuna, barulah disebut melafal nama Bodhisattva Avalokitesvara; melafal nama Bodhisattva Ksitigarbha, harus mewujudkan keluar hati berbakti dan hormat, barulah disebut melafal nama Bodhisattva Ksitigarbha.

Bodhisattva Manjusri melambangkan kebijaksanaan, Bodhisattva Samantabhadra adalah pengamalan dan tindakan nyata, melafal nama Buddha dan Bodhisattva harus demikian caranya, barulah benar-benar ada jasa kebajikan.

Meskipun manusia telah meninggal dunia, namun alayavijnana nya masih belum meninggalkan tubuh kasarnya, membantunya menanam benih KeBuddhaan di dalam alayavijnana nya. Kuat lemahnya benih KeBuddhaan ini tergantung pada si pelafal, jika si pelafal memahami kebenaran, setiap lafalannya terjalin, maka kekuatan benih KeBuddhaan akan sangat besar; jika si pelafal tidak memahami kebenaran, meskipun juga beranjali dengan hormat melafal Amituofo, kekuatan benih akan lebih kecil. (Petikan 14-12-26 )

“Setelah pasien meninggal dunia, sanak keluarga membuat persembahan makanan kepada Triratna untuk membantu almarhum agar terhindar jatuh ke alam rendah, sebelum membuat persembahan makanan, air cuci beras dan sisa sayuran tidak boleh dibuang sembarangan ke lantai, bahkan makanan yang belum dipersembahkan kepada Buddha dan Sangha, tidak boleh dimakan terlebih dulu”, ini menjelaskan bahwa sanak keluarga memupuk berkah untuk almarhum, dia bisa memperoleh berkah terletak pada kata “tulus dan hormat”; jika tidak punya hati tulus dan hormat, maka semua ini hanyalah formalitas semata, tidak bisa memperoleh berkah.

Persembahan makanan kepada Buddha biasanya dilakukan waktu menjelang siang di vihara-vihara. Saat mempersiapkan nasi dan sayur untuk dipersembahkan kepada Buddha, makhluk halus, harus dengan hati yang penuh hormat. Harus diperhatikan bahwa “Sebelum membuat persembahan makanan, air cuci beras dan sisa sayuran tidak boleh dibuang sembarangan ke lantai”, sebelum kegiatan usai, air cuci beras tidak boleh dibuang sembarangan, menunggu hingga acara persembahan makanan sudah selesai, barulah sampah boleh dibuang, ini adalah wujud rasa hormat. Masa sekarang ini, penyelenggara dana makanan banyak yang tidak mengetahui hal ini, menganggap air cuci beras dan sisa sayur sudah tidak dikehendaki lagi, maka itu boleh segera dibuang.

“Bahkan makanan yang belum dipersembahkan kepada Buddha dan Sangha, tidak boleh dimakan terlebih dulu”, dimakan terlebih dulu maksudnya dicicipi rasanya, ini kebiasaan di dapur, setelah dicicipi baru dipersembahkan kepada Buddha, sangat tidak hormat, terhadap Buddha dan Bodhisattva tidak punya rasa hormat, terhadap makhluk halus, terhadap manusia juga tidak punya rasa hormat. Jika tidak serius, tidak punya niat, tidak punya rasa hormat, maka almarhum takkan memperoleh manfaat.

Andaikata dengan ketulusan dan hati yang hormat mempersiapkan persembahan makanan, melatih diri dengan benar, maka akan memperoleh perlindungan dari para Buddha, dan penghormatan dari Dewa, Naga.

“Dipersembahkan kepada Buddha dan Sangha”, maksud dari “Sangha” di sini bukan hanya ditujukan pada Bhiksu-Bhiksuni, namun menunjuk pada makna yang luas yakni mereka yang hidup bersama dengan harmonis. Siswa Buddha baik umat berkeluarga maupun yang telah meninggalkan keduniawian, jika ada empat orang dapat berada bersama melatih diri, menaati enam prinsip keharmonisan, maka kelompok ini dapat disebut sebagai Sangha.

Maka dari tujuh bagian jasa kebajikan, almarhum akan memperoleh satu bagian saja. Dengan hati yang tulus dan rasa hormat membuat persembahan makanan  adalah memupuk berkah, jasa kebajikannya sangat besar; jika melakukannya secara tidak benar, maka satu bagian pun tidak dapat diperoleh.

Banyak cara untuk memupuk berkah buat almarhum, di sini hanya disimpulkan satu prinsip yang penting yakni “tulus dan hormat”, tak peduli berkah apapun yang ditimbun, juga harus suci tak ternoda, jadi harta benda yang digunakan untuk berdana juga harus halal barulah ada jasa kebajikan, jika menggunakan harta yang tidak halal untuk menimbun berkah, maka takkan memperoleh hasil. (Petikan 14-12-27)


Sumber :
Tanya Jawab Seputar Zhu Nian
Oleh Master Chin Kung

問:中陰期間有哪些方法能為亡者修福?

答:《地藏菩薩本願經》裡有舉出一些修福的方法。「若以亡者嚴身之具」,就是收藏的首飾珠寶,「屋宅園林」,屋宅是房產,園林是地產,「以施三寶,可拔地獄之苦」,一生縱然造作極重的罪業,在命終前,如果把所有財物供養三寶,此福能超脫墮地獄的罪業。現在有很多假道場,藉著佛教的名義,做一些違背佛陀教誨的事情,要是布施供養這種道場,不但不能消罪業,反而墮得更深,這是必須要辨別的。(摘錄自14-12-27

「或供養佛像,及諸聖像」,聖像就是菩薩像。供養佛菩薩像有兩種意思,一是報恩,如同供祖先牌位一樣,「慎終追遠,報本反始」;二是「見賢思齊」,提醒自己要跟佛菩薩學習。供養佛菩薩不僅是在事相上供養,更要懂得表法的義趣,如法供養,依教奉行,進而勸導大眾如法修行,這個功德就大了,罪業才能消滅。光目女與婆羅門女就是好榜樣,要細心觀察、體會。
「乃至念佛菩薩,及辟支佛名字」,佛菩薩名號的含義深廣無盡,名號功德不可思議。佛的名號是性德,菩薩的名號是修德,性修不二。釋迦牟尼佛表仁慈、清淨,念念以仁慈的心對待一切眾生,在一切境緣中不失自己的清淨心,才是真念釋迦牟尼佛。阿彌陀佛是無量覺,覺心不動,念阿彌陀佛是一心稱念,念到極處就得一心不亂,一心是不動心。六根接觸六塵境界,不起心不動念、不分別不執著,才是真念阿彌陀佛。若能這樣念法,臨命終人一歷耳根,永為道種,功德甚大。念觀世音菩薩名號,要把慈悲心念出來,才是真念觀世音菩薩;念地藏菩薩名號,要將孝敬心念出來,才是真念地藏菩薩。文殊是智慧,普賢是實行,念菩薩名號要這樣念,才真有功德。「或聞在本識」,人雖然死了,但是阿賴耶識還在,幫他在阿賴耶識裡種下佛的種子。種子力量的強弱在念佛的人,念的人明理,念念相應,種子的力量就非常強大;如果不明道理,雖然也合掌恭敬念阿彌陀佛,力量就比較弱。(摘錄自14-12-26

「命終之後,眷屬骨肉,為修營齋,資助業道,未齋食竟,及營齋之次,米泔菜葉,不棄於地,乃至諸食未獻佛僧,勿得先食」,這是舉例說明家親眷屬為命終人修福,他能得福,都在「誠敬」二字;沒有誠敬心,徒有形式,還是得不到福。這裡舉「營齋」,營齋就是辦齋,佛門中午上供就是營齋。齋飯是供養諸佛、供養鬼神的,在辦齋時要有恭敬心。要注意「未齋食竟,及營齋之次,米泔菜葉,不棄於地」,米泔是洗米水,齋事還沒完畢時,洗米水不能隨便倒掉,等齋事圓滿,垃圾才能處理掉,這是敬物。現在辦齋的人很少知道,都認為米泔菜葉是剔下來不要的,可以馬上丟掉。

「乃至諸食,未獻佛僧,勿得先食」,先食是嘗味道,在廚房做菜先嘗味道,吃過之後再供佛,是大不敬,對佛菩薩不恭敬,對鬼神、對人也不恭敬。若「不精勤」,不認真、無誠意、無恭敬心,亡者就得不到利益。「如精勤護淨」,以真誠恭敬心如理如法的辦齋、如理如法的修行,就得諸佛護念,龍天尊敬。「奉獻佛僧」,此地的「僧」不是專指出家人,而是指廣義的和合眾。佛弟子無論在家、出家,四個人在一起共修,遵守六和敬,就是僧團。「是命終人,七分獲一」,七分功德,亡者只得一分。以誠敬心營齋修福,功德就很大;如果做得不如法,一分都得不到。

為亡人修福的方法很多,不勝枚舉,此處總結一個重要的綱領就是「誠敬」,無論修何種福都要「精勤護淨」,「精」是純而不雜,「淨」是清淨無染。所以用淨財布施才有功德,如果用不義之財、不清淨之財修福,就得不到效果。(摘錄自14-12-27

臨終助念答問
淨空法師主講