Senin, 28 Juli 2014

01 Masalah Terbesar Dalam Kehidupan Manusia (Pendahuluan)





Masalah Terbesar Dalam Kehidupan Manusia

Pendahuluan


Manusia terdiri dari badan jasmani dan alaya-vijnana (gudang kesadaran). Alaya-vijnana tidak akan musnah sedangkan badan jasmani adalah materi seperti halnya rumah atau mesin. Semua materi mengalami pembentukan, berlangsung, rusak, dan akhirnya musnah, begitu pula dengan badan manusia mengalami lahir, tua, sakit, dan mati. Setelah alaya-vijnana benar-benar telah meninggalkan tubuh kasar, sekujur badan telah dingin, barulah seseorang disebut mati. Namun sesungguhnya yang mati itu adalah tubuh kasar, bukan alaya-vijnana.

Walaupun jantung dan nafas seseorang telah berhenti, alayavijnana-nya belum tentu langsung meninggalkan badannya. Bila demikian, maka setelah pasien menghembuskan nafas terakhir, kapankah alaya-vijnana akan meninggalkan tubuhnya? Ada yang segera meninggalkan badannya, sedangkan yang lambat dapat mencapai hingga satu atau dua hari baru meninggalkan badannya. Namun kedua hal tersebut jarang terjadi, umumnya antara sepuluh hingga dua belas jam, alayavijnana akan meninggalkan tubuh kasarnya.

Ada pula orang yang hidup kembali setelah "meninggal" beberapa hari. Ini bisa disebabkan oleh dua hal : yakni yang pertama adalah alayavijnana-nya belum meninggalkan tubuh kasarnya, yang kedua adalah setelah pergi kemudian balik kembali.
 
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, hendaknya kita bermawas diri dalam mengurus masalah besar menjelang ajal seseorang. Umumnya orang yang sudah berhenti bernafas dianggap telah mati, sehingga menganggapnya sebagai mayat, hal ini mengakibatkan pasien mengalami penderitaan yang sangat parah.  Maka itu buah pena ini menyajikan pengetahuan umum tentang saat-saat menjelang ajal, untuk membangunkan perhatian masyarakat terhadap pasien di kala menghadapi detik-detik menjelang ajalnya.

Alaya-vijnana tidak akan musnah, maka itu sanak keluarga seharusnya menitikberatkan pada Alaya-vijnana pasien, bagaimana seharusnya agar alayavijnana-nya tidak menderita dan tenang.  Apa yang dibutuhkan oleh alaya-vijnana, harus menuntunnya ke arah mana, bagaimana caranya agar alaya-vijnana memperoleh manfaat, bagaimana yang disebut membahayakan alaya-vijnana dan beragam pertanyaan yang harus dipandang dengan serius. 
  
Walaupun manusia memiliki kebijaksanaan, tetapi umumnya mereka tidak mengerti mengenai masalah besar yang dihadapi manusia di saat menjelang ajalnya. Mereka pada umumnya hanya mementingkan pengurusan upacara berkabung yang tampak megah, dan telah mengabaikan persoalan yang sesungguhnya dihadapi oleh Alaya-vijnana orang yang meninggal dunia. Karena pemahaman dan tindakan yang salah, sehingga pasien yang kala menghadapi ajalnya menjadi begitu menderita, orang hidup belum merasakannya, bukankah ini adalah ketidakbijaksanaan kita?

Tidak tahu bahwa meskipun jantung dan nafas pasien tersebut sudah berhenti, namun alayavijnana-nya masih belum meninggalkan tubuh kasarnya. Bukan saja perasaannya masih dalam masa kritis, perasaan alayavijnana-nya bagaikan kura-kura yang dilepaskan dari cangkangnya secara hidup-hidup, bukan main menderitanya. Oleh sebab itu, sebelum alaya-vijnana meninggalkan tubuh kasarnya, harus menanganinya dengan seksama, harus memberikan kepada pasien yang sejenak lagi akan pamit dengan dunia ini, sebuah perasaan yang tenang dan damai.  

Maka itu tidak boleh langsung memindahkannya, tidak boleh menangis, untuk menghindarkan alaya-vijnana pasien dari perasaan tertekan, sehingga menambah penderitaan.

Bersamaan itu pula, perlu mempersoalkan ke mana perginya alayavijnana seseorang setelah meninggal dunia. Apakah membiarkan alayavijnana mengikuti kekuatan karma baik atau buruk yang dilakukan semasa hidupnya, atau menuntun alayavijanana-nya meninggalkan Triloka agar memperoleh kebahagiaan dan kebebasan sejati?

Namun kedua hal ini sering diabaikan orang. Mereka tidak mengetahui alayavijnana belum meninggalkan tubuh kasar, tidak mengetahui penderitaan yang dihadapi oleh almarhum, tidak mengerti apa yang harus dilakukan untuk memberikan pertolongan, tidak mengerti apa yang harus diperhatikan dalam mengurus upacara perkabungan, melakukan apa yang tidak patut dilakukan dan apa yang sepatutnya dilakukan tapi malah tidak dilakukan-nya, ini yang disebut dengan sesat dan tidak bijaksana.
   
Mereka menganggap bahwa kematian bukanlah suatu masalah yang besar. Mereka hanya berharap agar masalah tersebut cepat selesai dan tidak memikirkan sikap bakti yang harus diwujudkan oleh sanak keluarga.  

Oleh karena itu, dengan adanya tulisan ini di harapkan agar umat awam dapat mengetahui dan menyadari bahwa kematian adalah suatu masalah yang paling besar dalam kehidupan manusia. Hanya dengan mengandalkan Ajaran Buddha, barulah dapat memberikan tindakan yang tepat dan berfaedah kepada yang telah meninggal dunia.



Petikan dari buku berjudul :
Masalah Terbesar Dalam Kehidupan Manusia
Diceramahkan oleh Upasaka Yu Ding-xi





   

前言

人是身體與心靈和合而形成,心靈是不滅的,身體是物質,如房舍、如機器、萬物有成住壞空,身體有生老病死。心靈離開了身體,熱度消失,命根斷絕,謂之死亡,實在死是身體,心靈並沒有死。可是病者的呼吸脈搏停止時,心靈決不是同時離開身體的。那麼病者氣絕之後,心靈何時離開身體呢?最快的有馬上就去,最慢的或有延遲一二天。事實上最快與最慢是極少數,就一般情形來說,大致十至十二時,就會出離身體的。又有氣絕之後,數天之內,常有死而復生者,其原因有二:一者,心靈尚未離去,二者,是去而復返的。基於上述事實,所以對於臨終大事,千萬要慎重。世人誤認病者停止呼吸脈搏,即是死亡,即當作死屍看待了,致貽害病人受極大痛苦。因此本文提供臨終的常識,以喚起社會人士對於病者臨終前後的重視。

心靈是不滅的,家屬應著重在臨終者的心靈上,應如何才使心靈不痛苦,應如何才使心靈有安靜,心靈所需求的是甚麼,應引導心靈向何處去,應如何能使亡靈有利,如何為有害,等等問題加以重視。世人雖具高度智慧,但對人生最後的臨終大事,則持「呼吸停止,即是死亡,即是斷滅,既死即了,聽其自然」的見解。只圖如何安排與死者無所裨益的虛浮場面,而漠然忽視了亡者心靈上的一些實際問題。因錯誤的認識與錯誤的舉動,而導致臨終者枉受極大悲慘,生者則懵懵不覺知也,這不是不智麼?

不知病人的呼吸脈搏雖已停止,而心靈(亦稱神識)尚未離去,不但仍在有知覺的彌留狀態,其心識的感受,正如生龜之脫殼,是非常痛苦的。因此在神識未離去以前,應特別體貼,要給將與世長辭的病人,能夠有充分的平靜與安寧。所以不能立刻搬動,不能哭泣,以免病者神識受到刺激,而痛苦加深。同時更要顧慮到神識何處去的問題。還是任彼神識隨善惡業力以受昇沉流轉之苦呢?還是引導神識出離三界而得解脫自在之樂呢?然而皆為世人所忽視。世人不知神識之未去,不知憐死者之痛苦,不知作救度之安排,不知殮前之應監視,而為所不應為,應為而不為,可謂顛倒不智。對於最大的死的問題,歸於不了了之的態度,不負家屬應負的孝道,只圖迅速了事,甘心鑄成大錯,豈不寒心!因此本文乃作忠實懇切的呼籲:「死」是人生最後的一件大事,惟有依據佛法,方得到最正確的認識,而徹底利益於死者的。各位人士若有所懷疑,則應親近請教幾位講經的法師,不但可以釋疑,復能增進認識,堅固信心也。事關病者的切身利害,能不慎重其事麼?茲將臨終前後的要點分述之。